Prasasti Batutulis Bogor
Lokasi di Jl. Batutulis No. 54
Prasasti batutulis memang merupakan bab sejarah dari kota bogor. Terletak di kelurahan Batutulis, Kecamatan Bogor Selatan, Kotamadya Bogor, dulunya lokasi ini ribuan tahun yang lalu berada ditempat yang hening, sepi dan berkabut. Bahkan bagi penduduk setempat dipercaya sebagai tempat sarang harimau yang kemudian menumbuhkan khayalan adanya kekerabatan antara Kerajaan Pajajaran yang sirna dengan harimau.
Kompleks Prasasti Batutulis memiliki luas 17 x 15 meter. Prasasti Batutulis dianggap terletak di situs ibu kota Pajajaran dan masih in situ, yakni masih terletak di lokasi aslinya dan menjadi nama desa lokasi situs ini.[1] Batu Prasasti dan benda-benda lain peninggalan Kerajaan Sunda terdapat dalam komplek ini. Pada kerikil ini berukir kalimat-kalimat dalam bahasa dan huruf Sunda Kuno. Prasasti ini berangka tahun 1455 Saka (1533 Masehi).
Scipio, seorang ekspedisi Belanda yang ditugaskan untuk membuka tempat pedalaman jakarta, melukiskan betapa hormat dan khidmatnya mereka (orang pribumi dalam rombongan ekspedisi), menghadapi situs Batu tulis sampai mereka berani melarang Scipio yang merupakan pimpinannya menginjakkan kaki kedalamnya alasannya ialah ia bukan orang Islam, terang sekali mereka menganggap tempat itu "keramat", alasannya ialah disitu, menurut mereka, terletak tahta atau singgasana raja Pajajaran.
Foto Prasasti Batu Tulis th 1920 |
Tapak Kaki dan Tapak lutut Prabu Siliwangi |
Di kompleks itu terdapat 15 peninggalan berbentuk terasit, kerikil yang terdapat di sepanjang Sungai Cisadane. Ada enam kerikil di dalam cungkup, satu di luar teras cungkup, dua di serambi dan enam di halaman. Satu kerikil bercap bantalan kaki, satu kerikil bercap lutut, dan satu kerikil besar lebar yang berisi goresan pena Pallawa dan berbahasa Sanskerta. Konon prasasti batutulis itu dibuat oleh Prabu Surawisesa sebagai bentuk penyelasannya alasannya ialah ia tidak bisa memepertahankan keutuhan wilayah Pakuan Pajajaran yang dimanatkan padanya, jawaban kalah perang dengan kerajaan Cirebon.
Ditulis dengan bahasa Sunda kuno |
Isi Prasasti
Wangna pun ini sakakala, prebu ratu purane pun,
diwastu diya wingaran prebu guru dewataprana
di wastu diya wingaran sri baduga maharaja ratu haji di pakwan pajajaran seri sang ratu dewata
pun ya nu nyusuk na pakwan
diva anak rahyang yang kuasa niskala sa(ng) sida mokta dimguna tiga i(n) cu rahyang niskala-niskala wastu ka(n) cana sa(ng) sida mokta ka nusalarang
ya siya ni nyiyan sakakala gugunungan ngabalay nyiyan samida, nyiyan sa(ng)h yang talaga rena mahawijaya, ya siya, o o i saka, panca pandawa e(m) ban bumi
Artinya
Semoga selamat, ini tanda peringatan Prabu Ratu almarhum
Dinobatkan beliau dengan nama Prabu Guru Dewataprana,
dinobatkan (lagi) beliau dengan nama Sri Baduga Maharaja Ratu Aji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata.
Dialah yang membuat parit (pertahanan) Pakuan.
Dia putera Rahiyang Dewa Niskala yang dipusarakan di Gunatiga, cucu Rahiyang Niskala Wastu Kancana yang dipusarakan ke Nusa Larang.
Dialah yang membuat tanda peringatan berupa gunung-gunungan, membuat undakan untuk hutan Samida, membuat Sahiyang Telaga Rena Mahawijaya (dibuat) dalam (tahun) Saka "Panca Pandawa Mengemban Bumi".
Akses Menuju Lokasi:
Dari Stasiun Kota Bogor: Naik angkutan kota nomor 03(BS-Bubulak), turun di pertigaan Ciomas kemudian naik angkutan nomor14 (Pasir kuda-laladon). Turun di depan Istana prasasti kerikil tulis.
Dari Terminal Baranangsiang Bogor: Naik angkutan kota nomor 01(BS-Ciawi), turun di depan Plaza ekalokasari. Kemudian naik angkutan nomor 14 (Pasir kuda-laladon). Turun di depan Istana prasasti kerikil tulis.
Tempat wisata di Bogor ini sebagai cagar alam budaya, sudah sepatutnya kita lestarikan sebagai warisan budaya leluhur.
Tempat wisata di Bogor ini sebagai cagar alam budaya, sudah sepatutnya kita lestarikan sebagai warisan budaya leluhur.
0 comments:
Post a Comment